Nasionalisme,
mendengar kata tersebut pikiranku langsung tertuju kepada masa lalu. Masa
dimana para pahlawan dengan gagah berani melawan para penjajah. Masa dimana
para pahlawan tak takut mati demi mempertahankan tanah air. Serta masa dimana
seluruh pemuda Indonesia berjuang demi kemerdekaan bangsanya. Saat tersebut
mungkin kata nasionalisme bisa kita artikan sebagai pengorbanan. Namun
bagaimana dengan saat ini ? Bagaimana dengan pandangan orang – orang ataupun
pemuda saat ini mengenai kata Nasionalisme ?
Secara
garis besar mungkin kita dapat mengartikan bahwa Nasionalisme merupakan sebuah
kata yang secara etimologi berasal dari kata “nasional” dan “isme” yaitu paham
kebangsaan yang mengandung makna : kesadaran dan semangat cinta tanah air;
memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa; memiliki
rasa solidaritas terhadap musibah dan kekurangberuntungan saudara setanah air,
sebangsa dan senegara; persatuan dan kesatuan. Makna – makna tersebut sudah
cukup mungkin mewakili tentang arti sebuah nasionalisme. Akan tetapi pengertian
diatas hanyalah sebagai konteks penjelasan biasa yang umumnya dapat kita
temukan di kamus – kamus, ensiklopedi dan lain – lain.
Banyak
orang mendefinisikan bahwa nasionalisme merupakan rasa kebangsaan, rasa
kecintaan dan kebanggaan dan juga rasa tanggung jawab. Selain itu, rasa
nasionalisme juga ditunjukkan dengan seberapa besar kita peduli dengan bangsa
ini. Namun, apakah definisi tersebut sudah bisa menggambarkan rasa nasionalisme
?
Menurutku,
definisi – definisi yang disebutkan diatas mungkin hanya sebagian dari pengertian
sebuah nasionalisme. Dalam konteks kecintaan, nasionalisme bukan hanya
ditunjukkan dengan mencintai produk dalam negeri ataupun selalu menggunakan
bahasa Indonesia. Kalau kita berfikir demikian diatas, sungguh cetek pemikiran
kita tentang nasionalisme. Rasa kecintaan terhadap Indonesia bukan hanya ditunjukkan
dengan mencintai produk dalam negeri yang ditunjukkan dengan membeli produk
dalam negeri ataupun tidak menggunakan bahasa asing dalam keseharian, namun
sejatinya rasa kecintaan tersebut haruslah kita tunjukkan dengan karya. Mungkin
dalam benak anda akan bertanya, karya apa ? karya yang bisa mengharumkan nama
bangsa Indonesia. Karya yang diberikan bisa berupa apa saja. Serta kecintaan
tersebut bisa kita berikan lewat apapun yang bisa kita lakukan untuk Indonesia.
Jika
suatu nasionalisme hanya ditunjukkan dengan membeli produk – produk dalam
negeri saja atau dengan selalu menggunakan bahasa Indonesia dan tidak
menggunakan bahasa asing, lantas bagaimana dengan Bung Hatta yang mengidam –
idamkan sepatu bermerk asing balley dan Soekarno yang senantiasa berpidato
menggunakan bahasa Inggris dan Belanda. Apakah mereka tidak nasionalisme ?
Apakah mereka tidak cinta Indonesia ? Tentu tidak seperti itu kawan. Karena hal
yang ditekankan dalam suatu nasionalisme adalah kontribusi nyata. Kontribusi,
untuk negara Indonesia.
Menurut
saya, suatu wujud nasionalisme sendiri adalah dengan memberikan hal yang
terbaik untuk diri kita dan orang lain serta bangsa Indonesia. Mungkin dulu
para pejuang mencerminkan suatu nasionalisme dengan cara menyerahkan seluruh
jiwa dan raganya untuk negara ini. Namun, bagi saya suatu wujud nasionalisme
tersebut adalah dengan memberikan suatu kontribusi nyata untuk kemajuan
Indonesia. Kontribusi nyata yang diberikan bisa berupa saling tolong menolong
ke sesama, menjuarai lomba – lomba tingkat Internasional dan masih banyak lagi
tentunya bentuk – bentuk kontribusi yang bisa diberikan.
Nasionalisme
sebenarnya sudah ditanamkan sejak kita sekolah dasar hingga sekolah menengah
atas (SMA) akan tetapi konsep yang diajarkan semasa itu masihlah kurang luas
(masih cetek). Awalnya aku berfikir sebuah rasa nasionalisme itu hanya rasa
cinta seperti yang saya kemukakan tadi diatas, akan tetapi setelah saya
mengikuti UI-Student Development Program dan mengikuti Military Camp, aku jadi
sedikit tahu dan pikiranku pun sedikit terbuka mengenai bagaimana nasionalisme
tersebut.
“Jangan tanyakan apa yang telah
negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan untuk negara”
Arif Febriyani
Fakultas Teknik
Peserta UI –
Student Development Program 2012